Jumat, 10 Agustus 2018

Malam Selawean, Tradisi Warisan Sunan Giri

Ada satu malam yang menjadi puncak kegiatan di area makam Sunan Giri di Kebomas, Gresik saat bulan Ramadan. Yakni malam selawe, tradisi ngalap berkah yang biasanya digelar pada malam menjelang hari ke-25 bulan Ramadan.
Tradisi Malem Selawe (25) atau malam ke-25 dibulan Ramadhan merupakan salah satu kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Gresik. Malam-malam ganjil di 10 hari terakhir bulan Ramadan diyakini menjadi malam turunnya Lailatul Qodar. Tak ayal, di malam-malam ganjil itulah umat Muslim memilih banyak melakukan ibadah agar bisa meraih malam seribu bulan. Sebenarnya Malam Selawe adalah malam puncak peziarah datang ke Makam Sunan Giri, baik Peziarah Lokal ataupun Peziarah dari luar kota, hal ini dikarenakan salah satunya adalah untuk mendapatkan barokah Malam Lailatul Qadar. Tradisi tersebut telah berjalan turun temurun sejak masa dakwah Sunan Giri ratusan tahun silam. malam Selawe adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh masyarakat Desa Giri dan sekitarnya pada malam ke-25 puasa bulan Suci Ramadhan disitus makam Sunan Giri. Untuk para peziarah yang pengin beribadah di Masjid Jamik Sunan Giri dan ziarah ke makam Sunan Giri, mereka biasanya sudah datang satu hari sebelumnya. Bahkan, beberapa di antaranya ada yang sampai menginap di dalam masjid. Pada malam harinya, mereka bersama-sama membaca surat Yasin dan Tahlil serta berdoa bersama.
Adanya tradisi Malam Selawe berburu Lailatul Qodar tak diketahui sejak kapan adanya, akan tetapi sudah berlangsung secara turun-temurun dan menjadi cerita dari mulut ke mulut sampai sekarang. Sepanjang jalan menuju area makam pun ditutup sementara. Alhasil, rata-rata peziarah harus berjalan kaki untuk bisa menggelar ritual. Kondisi itu juga menjadi berkah bagi warga di kawasan sekitar makam Sunan Giri (Pegiren). Mereka beramai-ramai membuka lahan parkir untuk menampung kendaraan para pengunjung maupun peziarah. Masyarakat yang datang ke sana biasanya berasal dari Gresik sendiri, serta warga dari berbagai daerah lain seperti Malang, Sidoarjo, Mojokerto, Surabaya, Lamongan, Tuban dan beberapa daerah lain.
Mereka datang menggunakan sepeda motor, mobil pribadi, rombongan pakai minibus, menggunakan pikap, bahkan tak sedikit yang rela datang beramai-ramai menumpangi truk bak terbuka.Dan juga karena banyaknya peziarah yang datang, maka hal ini dimanfaatkan para pedagang untuk berjualan dan menawarkan barang dagangannya.
Tradisi malem selawe tersebut kini dijadikan sebagai ajang peningkatan ketaqwaan melalui ziarah ke makam Sunan Giri yang letaknya di desa Giri kecamatan Kebomas Gresik. Usai melakukan ziarah. Ada deretan stand yang berjejer di halaman parker Sunan Giri sebagai puncak perayaan ‘Giri Expo 2016’ yang diadakan selama 3 (tiga) hari. Malem Selawe juga dijadikan para anak2, remaja ataupun orangtua untuk sekedar berjalan jalan dan menghibur diri, sekaligus mencari barang2 yang dibutuhkan.
Bermacam macam pedagang yang ada disana, mulai mainan anak2, kuliner, baju dan sejenisnya, sampai jasa pijat pun ada, bisa jadi beberapa tahun lagi akan lebih banyak macamnya. Yang menarik mainan anak2 yang jarang dijumpai dipasaran, disana akan mudah didapatkan. Untuk orangtua yang ingin mengenang masa kecilnya, bisa membelinya dengan harga terjangkau.
Suasana Malem Selawe ibaratnya seperti Pasar Malam dadakan, apa yang biasanya gak ada disana tersedia karena pedagang yang datang tidak hanya dari kota Gresik, pedagang luar daerahpun datang. Setelah Malem Selawe selesai mereka akan geser ke daerah pasar Gresik untuk berdagang di Pasar Bandeng yang merupakan acara Tradisi penutup di Gresik.

0 komentar:

Posting Komentar